29 August 2007

Tondokku Tondok Toraya





Labels:

Posted by muhammad mubarak aziz malinggi' at 29.8.07

28 August 2007

Catatan Dari Journalist Trip 2007

Runtuhnya Dinasti Kupu-kupu

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang dijuluki The Kingdom of Butterfly (Kerajaan Kupu-Kupu), tidak menjamin kawasan yang seluas 43.750 Ha ini adalah kerajaan yang nyaman untuk populasi kupu-kupu. Ini dibuktikan dengan punahnya sebuah spesies endemik Kupu-Kupu Raja. Bisa diandaikan sebagai raja yang mati di kerajaannya sendiri!

Russed Alfred Wallacea, seorang ilmuwan Inggris, yang menemukan kupu-kupu jenis raja. Jenis ini tidak ditemukan di tempat mana pun di muka bumi kecuali di daerah Bantimurung. Namun sekarang, menjadi dongeng "raja" saja. Penyebabnya adalah kerusakan ekosistem kawasan karst. Kupu-kupu tersebut bisa bertahan hidup di kawasan ini karena pakannya (pohon) tersedia. Tapi setelah jenis pakan habis, maka kupu-kupu raja pun musnah, seiring serangan dari kerajaan manusia yang menggunakan senjata canggih seperti mobil dengan senjata CO2, cerobong pabrik, dan dinamit yang menghancurkan karst.

Kupu-kupu raja kini tak ubahnya mumi yang diawetkan untuk mempercantik dinding rumah. Kini "sang raja" telah mangkat akibat hancurnya istana. Invasi dari kerakusan manusia bersama rajanya(pemerintah), pun tak dapat dilawan oleh hewan yang lemah gemulai ini. Hewan yang mampu bertahan hanya dalam jangka 4 bulan ini, harus berjuang mempertahankan keberadaan dirinya dalam keseimbangan alam yang mulai di agresi oleh penjajah yang berbentuk manusia dan mesin. Berutunglah jika sang kupu-kupu dapat mengungsi ke tempat aman untuk meletakkan generasinya di helaian hijau daun. Jika tidak? Mau tidak mau dinasti kupu-kupu akan menyerahkan tahtanya kepada manusia dan mesinnya. Rayuan kibasan uang membuat keindahan kibasan sayap kupu-kupu tak berarti apa-apa di mata sebagian manusia.

Takdir kupu-kupu untuk bersahabat dengan pohon, air dan keheningan. Kupu-kupu meletakkan inangnya di helaian daun, menghisap sari bunga dan bertengger di tangkai pohon. Hewan flagship kawasan karst di daerah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ini, jumlahnya Tidak kurang dari 147 jenis, termasuk spesies yang dilindungi oleh pemerintah (PP No 7/1999), yakni Troides hypolitus, Troides helena, Troides halipron dan Chetosia myrina.

Sejak ditetapkan menjadi kawasan alam oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1919, hewan yang memberi andil dalam proses pembuahan bunga ini, banyak kehilangan tempat tinggal. Perubahan ekosistem yang disebabkan penambangan hutan, asap sisa pembakaran, dan aktivitas pertambangan batu gamping perusahaan. “Sekarang memang jarang kupu-kupu karena musim kemarau. Disamping itu, bangunan, pabrik, keramaian, dan asap kendaraan membuat kupu-kupu ini sangat jarang di sekitar sini"kata seorang penangkap kupu-kupu.

Perburuan hewan penghisap madu ini tak terkendali lagi, bisnis kupu-kupu pun tak ubahnya dengan bisnis "kupu-kupu malam". Kini telah menjadi komoditas internasional yang diburu oleh para penggemarnya. Tak heran jika tujuan konservasi kupu-kupu di kawasan karst terbesar kedua setelah China ini bertujuan hanya untuk perdagangan.


Menurut salah seorang pedagang aksesoris, dari sekitar 20 pedagang aksesoris kupu-kupu di kawasan permandian alam Bantimurung; Setiap pedagang bisa menjual 200 ekor setiap minggunya. Jadi dalam tiap minggunya 4000 kupu-kupu harus menggantung di tas, dalam sebulan 16.000 kupu-kupu menjadi gantungan posel atau menemani kunci, dan dalam setahun 208.000 kupu-kupu menjadi hiasan dinding. Harga seekor kupu-kupu yang di tangkap berkisar Rp. 500 - Rp. 1000, dan jika sudah bebentuk aksesoris maka harganya bisa mencapai Rp. 50000 bahkan ada yang sampai jutaan rupiah.

Saya pernah mendengar cerita bahwa kibasan sayap kupu-kupu yang ada di bantimurung, akan mempengaruhi pola angin di Australia. Namun kini, kibasan sayapnya tak lagi dirasakan walaupun di kerajaannya sendiri.

Mengembalikan Kejayan Dinasti Kupu-kupu

Umumnya kupu-kupu dapat ditemukan di semua habitat. Komponen habitat yang penting bagi kelangsungan dinasti kupu-kupu adalah tersedianya vegetasi sebagai sumber makanan, tempat berlindung dari pemangsa dan tempat untuk melanjutkan generasi. Bentang alam Bantimurung dengan vegetasi pohon perdu, pohon yang berakar kuat, dan sungai-sungai jernih yang mengalir di celah bebatuan adalah rumah idaman bagi kupu-kupu.

Penetapan kawasan kerajaan kupu-kupu sebagai taman nasional adalah setitik harapan buat rakyat kupu-kupu untuk mempertahankan spesiesnya. Tahun 1981 Menteri Pertanian menetapkan wilayah ini sebagai areal konservasi dan SK Menteri Kehutanan No 398/Menhut-II/2004, tanggal 18 Oktober 2004 kawasan karst dengan luas 43.750 Ha menjadi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Kawasan ini memiliki status kawasan yang berbeda-beda yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Bantimurung dengan luas areal 118 Ha, TWA Gua Pattunuang dengan luas areal 1.506,25 Ha, Cagar Alam (CA) Karaenta dengan luas areal 1.226 Ha, CA Bantimurung seluas 1000 Ha, CA Bulusaraung dengan luas 8.056,65 Ha, hutan lindung seluas 21.343,10 Ha, hutan produksi terbatas seluas 145 Ha, dan hutan produksi tetap seluas 10.355 Ha. Kawasan "tower water" ini memiliki keindahan geomorfologi, dan biodiversity yang sangat kaya. setidaknya kawasan ini memiliki sekitar 284 spesies tumbuhan, 147 jenis kupu-kupu, dan 29 goa yang memiliki lukisan purba, termasuk spesies endemik Eboni(Diospyros celebica).

Menurut SK Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor K/20/MEM/2000 tanggal 3 November 2000 tidak boleh ada tambang di kawasan karst kelas I dan II (termasuk kawasan karst Bantimurung). Namun, Sejak tahun 2000 ada 39 perusahaan yang memegang surat izin penambangan untuk marmer dan batu kapur termasuk PT Semen Bosowa yang saat ini menjadi milik seorang anggota DPD RI. Aturan pun makin tidak jelas untuk melindungi kawasan ini. UU Kehutanan No 41 Tahun 1999 yang melarang penambangan di kawasan hutan lindung seolah-olah hanya menjadi secarik kertas yang tidak berguna bagi perusahaan. setelah keluarnya perpu nomor 1 tahun 2004 yang memperbolehkan penambangan di kawasan hutan lindung.

Geliat aktivitas perburuan kupu-kupu, penebangan liar dan penambangan bukit karst menjadi penyebab utama kerusakan "istana" kupu-kupu. Kehancuran bukit karst seluas 2.357,7 Ha, tidak hanya mengancam sistem hidrologi warga makassar-maros-pangkep, tetapi juga akan menghancurkan keanekaragaman hayati yang ada di TN utamanya kupu-kupu sebagai hewan flagship kawasan karst di daerah TN Bantimurung Bulusaraung. sudah saatnya pemerintah bertidak tegas dengan menutup semua areal pertambangan yang ada di kawasan ini. Perburuan kupu-kupu yang semakin tidak terkendali harus dihentikan.

Selembar surat keputusan menteri untuk menyelamatkan kawasan ini, sangat tidak cukup. dibutuhkan keberanian dari pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama menghentikan segala aktivitas yang akan merusak istana kupu-kupu.

Labels:

Posted by muhammad mubarak aziz malinggi' at 28.8.07

reda ambil muami potonu...





Labels:

Posted by muhammad mubarak aziz malinggi' at 28.8.07

Journalist Trip 2007





Labels:

Posted by muhammad mubarak aziz malinggi' at 28.8.07

20 August 2007

WARNA WARNI PILKADA SULSEL DI FRIENDSTER

“Nggak punya Friendster, nggak gaul”ucapku kepada seorang teman. Friendster adalah salah satu website penyedia jasa layanan pertemanan di internet. Mencari teman lama maupun baru, pacar, jodoh bahkan untuk menarik simpatisan politik di jalur internet. Seiring berkembangnya teknologi informasi di Indonesia, membuat friendster tidak asing di mata masyarakat pengguna internet. Tak memandang status social, tingkat pendidikan, umur, dan jenis kelamin. Ditambah lagi Sebagian besar bandwidth Indonesia ke luar negeri dihabiskan untuk akses ke friendster saja, membuat friendster makin membumi di indonesia.

Wajah gubernur kita di friendster.

“eh, ada FSnya amin syam!”gerutu mammang. “Wah, kalau begitu amin syam sudah gaul dong” tambahku. FS kini juga menjadi ajang kampanye para cagub di dunia maya. Faisal basri, calon gubernur Jakarta yang gagal di jalur independent juga memanfaatkan FS untuk menarik para pemilih pemula.

Ini kemungkinan adalah pekerjaan para tim sukses ASMARA yang ingin menarik simpati para pemilih pemula yang rata-rata duduk di bangku SMA maupun bangku kuliah. Pada tahun ini mencapai Berdasarkan data DP4 jumlah wajib pilih pada pilkada nanti sebanyak 5.034.820 orang.

Menjelang pilkada sulsel bulan November nanti para calon gubernur telah ramai-ramai mencitrakan diri dengan berbagai media kampanye. Spanduk, baliho, poster, diskusi bahkan di jalur maya pun tidak lepas dari cengkraman para calon maupun tim pemenangan. Amin syam-mansyur ramli (ASMARA), pasangan yang diusung oleh partai golkar pun telah merambah ke jalur maya.

Untuk melihat FS amin syam, caranya sangat mudah. sisa mengetikkan nama amin syam pada engine search friendster, maka profil amin syam yang didominasi warna kuning akan muncul.

Lets join with Amin Syam” foto yang menyambut di profil. "Saya selalu menerima saran & kritik dari masyarakat sul - sel... mari kita bersama-sama membangun daerah kita makassar tercinta (aspirasi masyarakat H.M Amin Syam-Prof. DR. Mansyur Ramli)..."tertulis pada more about Amin.

Ada hal yang menggelitik benak saya ketika membaca “Company” Amin Syam. Disitu tertulis Bupati Enrekang, Ketua DPD GOLKAR, Komisaris PTPN XIV, Ketua DPRD SULSEL, Anggota MPR-RI, dan Gubernur SULSEL. “Wah ini orang kok, mengangggap pemerintahan sebagai perusahaan” ucapku ketika membacanya.

Inilah yang salah ketika para pemimpin itu mengelola pemerintahan seperti mengelola perusahaan. Yang semata-mata hanya mencari keuntungan pribadi maupun kelompoknya. Kemudian sejak kapan GOLKAR, DPRD SULSEL, MPR-RI dan Pemerintah Provinsi menjadi perusahaan?

Ataukah orang-orang yang didalam pemerintahan memang wataknya pengusaha, sehingga masyarakat dan alam ini menjadi komoditas yang harus dijual oleh pemerintah demi mendapat keuntungan pribadi. Mungkin dari dulu memang sudah begitu.

Ya namanya juga calon pemimpin, pasti pencitraannya harus sempurna di mata masyarakat. Pencitraan AS pada friendster pun nggak ada lecetnya sedikit pun.

Terlihat dari testimonial yang ada, semuanya memuji misalnya “Semoga sukses dan maju terus sulsel..keluarga besar Purna Paskibraka Indonesia mendukung bapak...insya allah 11 agustus kami akan reuni akbar dari semua angkatan...warm regard…Andi Ian LaTanro….Ketua PPI sulsel” komentar yang di posting oleh ian

“Salut sama tim PAk Amin. Melanglang buana di Friendster. Cara pendekatannya boleh juga. Khusus ke saya ya pendekatannya wacana keislaman... luarrrr biasa. Maju trus Pak...”tulis aryanto yang sekarang menjabat wakil presiden BEM UNHAS

”Salam Hormat Buat Aktifis Mudah (menggunakan huruf H) Yang Masih Punya Semangat Mari Sama2 kita Berjalan Melawan Butah (menggunakan huruf H) Huruf Al-Qur'an.” Tulis amin syam kepada aryanto

Amin syam juga mengirim tesimoni kepada ±400 teman FS, “Ini Adalah Ucapan Seorang Ayah Kepada Anaknya Dengan Kelembutan Cinta Kasih, Mari kita Tebarkan Rasa Kepada Segalah Yang Tak Jelas Berkata Mohon Doa Restu. Ayahanda HM Amin Syam Telah Di Nyatakan Sebagai Kandidat Gubernur Sulsel. Dan Telah Sah Sebagai Kompetitor Dalam Memperjuangkan Aspirasi Masyarakat (ASMARA)” komentar amin syam terhadap teman-temannya di FS.

Media friendster yang digunakan untuk mencitrakan diri, memang sangat efektif. Kalau dilihat dari 124 komentar yang ada, nggak ada satu pun kritikan yang ada. Yang ada hanya pujian, dukungan, atau mungkin saja kritikan atau komentar yang menjatuhkan itu tidak di approve olehnya.

“SYL, Syahrul Yasin Limpo, Yasin Limpo, Limpo” kombinasi huruf demi huruf ketikkan pada search engine FS, namun hasilnya nihil. Mungkin tim suksesnya belum memikirkan jalur kampanye yang telah dilakukan oleh tim amin syam. Begitupun dengan Aziz Qahar, saya juga tidak mendapatkan FS miliknya.

amin syam versi Carimuka.com

Tidak hanya di Friendster Amin Syam berkampanye, namun dia juga merambah ke situs Carimuka.Com. mungkin tujuannya memang hanya carimuka saja di masyarakat. Dan hasilnya juga tidak begitu mengecewakan. Dari 15 orang yang memberikan suaranya kepada amin syam di situs carimuka.com, dan sedikit komentar saya terhadap hasilnya :

  1. Cakep 13% ,menurut saya, pernahkah pejabat terlihat tidak cakep dengan baju dan mobil mewahnya?
  2. Lucu 20% , memangnya pejabat main lawak yang tahunya hanya membuat orang tertawa. Walaupun penontonnya kelaparan
  3. Pintar 40%, ya namanya pejabat harus pintar, membedakan antara kepentingan pribadi, kepentingan perut, kepentingan politik dengan kepentingan masyarakat
  4. Jujur 33%, kata yang paling sulit dilakukan oleh pejabat kita hingga saat ini
  5. Ceriwis 7%, salah satu keahlian pejabat kita, berbicara tanpa henti, namun kerjaan sering terhenti.
  6. Centil 20%, memang dalam hal ini pejabatlah ahlinya, mereka ahli dalam merayu.
  7. Ramah 27%, biasanya sikap ini muncul ketika mereka ada maunya.
  8. Bandel 33%, dari dulu mana ada pejabat yang mau mendengar jeritan rakyatnya
  9. Imut 33%, semua pemimpin harus seolah-olah imut di depan publik walaupun itu hanya topeng saja, kalau pemimpinnya seram, nggak mungkin dipilih oleh rakyat.

Ambisi untuk menduduki tampuk kekuasaan adalah impian dari mereka yang haus jabatan. Berbagai cara dilakukan, demi satu tujuan yaitu kemenangan. Mudah-mudahan mereka tidak melupakan apa yang telah mereka teriakkan kepada rakyat.

Labels:

Posted by muhammad mubarak aziz malinggi' at 20.8.07

HILANGNYA RITUAL YANG BERNAMA OSPEK

Tak terasa, tahun akademik 2007/2008 telah dimulai di Universitas Hasanuddin. Mahasiswa baru telah hadir di tengah perebutan prosesi penyambutan mereka. Rektorat berhasil melaksanakan agenda penyambutan yang berbusana PMB. Mahasiswa dan pengurus lembaga mahasiswa hanya bisa melihat adik-adiknya di sambut oleh Dekan, Ketua Jurusan, Dosen, Pegawai, dan SATPAM.

Dalam 2 tahun terakhir, pihak rektorat telah memberlakukan aturan penyambutan mahasiswa baru (PMB) dengan sangat tegas. Hal ini dilakukan, untuk menghindari kekerasan yang sering terjadi dalam prosesi penyambutan yang dilakukan lembaga kemahasiwaan. Aturan keras dijalankan, skorsing dan DO siap menanti para mahasiswa yang melakukan kegiatan penyambutan mahasiswa baru. Lembaga mahasiswa hanya diberikan kesempatan melaksanakan ospek setelah 1 bulan PMB berlangsung.

Ospek, PMB. atau apapun namanaya merupakan proses perkenalan mahasiswa baru dengan dunia kampus. Baik yang dilakukan oleh mahasiswa maupun pejabat kampus. Namun, keterlibatan birokrasi dalam hal penyambutan membuat sakit hati sebahagiaan lembaga kemahasiswaan. “ini adalah bentuk intervensi rektorat terhadap lembaga mahasiswa”ungkap yupi, yang kini menjabat sebagai koordinator dewan senat mahasiswa kelautan unhas.

OSPEK, ritual tahunan yang menjadi tradisi di lembaga kemahasiswaan, kini telah musnah digantikan oleh ritual PMB. Tak ada lagi penyambutan di lokasi pendaftaran ulang, tak ada lagi posko mahasiswa di gedung registrasi, tak ada lagi barisan maba yang memuntahkan makanannya karena sakit, tak ada lagi ospek gaya militernya mahasisya, dan tak ada lagi baliho yang berdiri dengan angkuhnya di halaman fakultas.

“We are the champion” dan “kesaksian” sudah tak menggema lagi di 2 fakultas terbesar di UNHAS. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Mars UNHAS telah menggantikan posisi tangga lagu terpopuler di kampus merah. Yel-yel masing-masing fakultas pun sudah tak jamannya lagi.

Sabtu pagi, ketika saya melintas di sepanjang jalan menuju Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UH. Barisan “pakaian hitam putih” yang dikawal “pakaian biru tua” terlihat di beberapa titik di sekitar kampus. Beberapa Bus berlambang ayam jantan terlihat pula di sepanjang jalan.

“SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU 2007 DI FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS” secarik kain spanduk menyambut maba di gerbang FIKP. Riuh rendah tepuk tangan terdengar dari ruang sidang lantai 2, sekitar 200 mahasiswa baru duduk melantai karena kecilnya ruangan terlihat serius mendengarkan amanat dari sang dekan dan beberapa stafnya.

Terlihat wajah bosan menghampiri sebahagian maba. Beberapa dari mereka tertidur di belakang tamannya. Mungkin mereka amat sangat lelah, ataukah dongeng dari para kepala suku terdengar merdu sehingga membuatnya tertidur.

Saya sontak terbayang ketika posisi saya masih seperti mereka. Rasa takut, khawatir dan was-was menghantui selama proses penyambutan ketika itu. Jangankan tidur, berbicara sedikit saja, akan mendapatkan tatapan wajah gondrong yang menyeramkan.

Aktualisasi diri, kata yang amat akrab di telingaku menjelang penerimaan mahasiswa baru. Bisa diartikan sebagai tempat mahasiswa senior berlagak seperti sang jagoan di depan mata maba Kalau dalam bahasa makassarnya tale-talekang. Kata-kata kotor, kekerasan fisik maupun psikis akan menggerayangi tubuh maba.

Ospek Ala Dosen

Pengenalan sarana dan prasarana mendominasi kegiatan PMB yang digelar di FIKP. Peserta di ajak mengelilingi ruang laboratorium, mengunjungi ruang kuliah yang berdebu dan memasuki ruang dosen yang teduh. Sapu ijuk senatiasa menemani tour para maba. sesekali terdengar perintah dari sang dosen “sapuki’ itu!”

Dosen pun tak mau kalah dari mahasiswa senior dalam hal suruh menyuruh. Dengan kekuatan telunjuk, dosen memerintahkan maba untuk menyapu ini, mengepel itu, membersihkan itu dan mencuci ini.

Sesekali terdengar “Perhatian!”teriak seorang dosen. ”UNHAS...UNHAS..UNHAS !”jawab maba dengan serentak dan penuh semangat. “Ah ternyata samaji”ungkapku dalam hati. Ritual yang diadakan oleh birokrat kampus pun, bukan pada substansi penyambutan maba dan hampir sama seperti yang dilakukan mahasiswa selama ini.

Materi yang diberikan pada PMB ini pun sangat kaku dan monoton. Cara penyampaian yang mirip ceramah dan kurang aktifnya peserta dalam diskusi terlihat dalam beberapa materi. Misalnya materi prospek alumni kelautan, “Potensi yang dimiliki alumni kelautan sangat banyak, prospek masa depan yang baik, dan lapangan pekerjaan yang luas” kata salah seorang dosen yang memberikan materi PMB. “Fasilitas yang kami miliki lengkap, mulai dari ruangan ber-AC, laboratorium, dan fasilitas multimedia dalam proses belajar mengajar” sambungnya.

Saya lantas berpikir ketika mendengarnya. “Apakah PMB adalah orientasi pengenalan dunia kerja? Apakah penyambutan adalah proses gagah-gagahan? Apakah ruangan ber-AC dan fasilitas multimedia bisa menjamin seorang mahasiswa menjadi lebih cerdas dan kritis?”

Mengapa para mahasiswa baru tidak diberikan motivasi untuk rajin membaca dan menulis? Mengapa mereka tidak diperkenalkan dengan realitas sesungguhnya yang terjadi di kampus? Mengapa para pemateri tidak menjelaskan berapa banyak alumni kelautan dan perikanan yang menganggur? Mungkin jawabnya adalah mereka tidak mau terlihat gagal dalam mengajar mahasiswa selama ini.

Labels:

Posted by muhammad mubarak aziz malinggi' at 20.8.07

03 August 2007

Spmb, jalan mudah mendapatkan duit..


Suara Koor dari ratusan massa yang meneriakkan “lamaaaa..uuuuuuu…sallo” terdengar dari depan percetakan sulawesi, terlihat seorang satpam berusaha menenangkan massa dengan sedikit bercanda, “Sabar, tidak lari ji ini tempat,” kata satpam yang bertubuh besar ini. Waktu itu Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00 Wita.
Beberapa crew Identitas terlihat membawa puluhan bundel koran. Para loper yang sudah lama menunggu langsung menuju pagar dan berdesak-desakan berebut koran. Dengan sigap mereka mengambil bundel-bundel dan langsung berlari ke arah kendaraan.
Bagai dikejar setan, para pengendara motor itu berhamburan ke berbagai arah di depan Percetakan Sulawesi. Bunyi bising knalpot dan klakson ratusan kendaraan memekakkan telinga. Motor-motor melaju kencang, membawa lembaran koran di tangannya. Para loper koran ini berusaha berebut tempat strategis untuk menjualnya. Tahun lalu di sekitar jalan AP. Pettarani terjadi perkelahian antara 2 kelompok gara-gara sebagian orang mencaplok tempat untuk menjual pengumuman SPMB.
Hanya berselang beberapa detik 3000 eksamplar koran SPMB langsung ludes dari tangan para crew Surat Kabar Kampus UNHAS, Identitas. Tempat yang tadi disesaki oleh loper dadakan langsung sepi, hanya terlihat beberapa orang yang asyik membuka Koran pengumuman SPMB di bawah temaram lampu mercury. Terdengar beberapa teriakan histeris ketika mengetahui dirinya lulus di PTN favoritnya. Adapula raut wajah sedih, mungkin dia gagal menginjakkan kaki di universitas favoritnya.

Loper Mahasiswa

Pengumuman SPMB merupakan fenomema unik yang saya jumpai dalam beberapa tahun ini di Makassar. Kebanyakan dari meraka adalah mahasiswa dan anak muda yang ingin terlibat dalam pesta akbar Pengumuman SPMB 2007. Para loper dadakan ini memanfaatkan momen SPMB sebagai ajang mencari lembar uang. Motifnya pun berbeda-beda, ada yang menjual untuk mencari dana kegiatan di kampus, mabuk-mabukan, makan malam dsb. “Kalau jualki’ Koran SPMB banyak untungta’” kata seorang teman yang menjual koran SPMB”. Harga dari percetakan berkisar antara Rp. 2000-3000 per eksemplar kemudian mereka menjualnya dengan harga Rp. 10.000-20.000 per eksemplar.
Para loper dadakan telah mengambil ruang loper jalanan yang sehari-harinya memang berjualan koran di jalan. Loper jalanan memang tidak memiliki akses untuk ikut di dalam pesta pengumuman SPMB. Koran ini hanya bisa di dapatkan apabila kita terdaftar pada universitas, atau memiliki kenalan di penerbitan kampus
Bagi yang kurang beruntung mendapatkan koran pengumuman SPMB, mereka tidak kehabisan akal untuk memanfaatkan momen pengumuman SPMB. Caranya, mereka meminta kepada teman koran pengumuman kemudian difoto copy, dan dilempar ke pembeli dengan harga berkisar Rp. 5000-7000,-
Beranjak dari percetakan sulawesi saya pun pulang dengan membawa 5 exemplar koran yang diberikan kakak kepada saya. “alami te’ mu male baluqki, tanggabu’ bang mu pake nalli tole’ (ini kau bawa, lumayan buat pembeli rokokmu)” kata layouter Identitas ini dalam bahasa Toraja. Setelah saya meninggalkan Percetakan Sulawesi, hampir di tiap sudut jalan, lampu merah, pusat pertokoan, pusat keramaian yang saya lalui tak luput dari loper dadakan, ada saja yang teriak “pengumuman…pengumuman…” ada juga yang langsung menawarkan kepada saya seraya berkata “SPMB Chess”.
Di pertigaan Tello, saya sempat berbincang dengan seorang mahasiswa salah satu PTN. “Pengumuman SPMB sekarang sangat sepi chess, karena pengumuman sudah dapat diakses dengan mudah melalui internet” katanya. “Untuk zaman serba IT , tak ada satupun hal yang luput dari teknologi ini” tambahnya. Caranya sangat gampang, cuma buka situs spmb 2007, memasukkan nomor test peserta, di layar akan menampilkan peserta lulus atau tidak. Namun menurut salah seorang teman yang tahun ini adiknya lulus di UNM, “ndak enak tong kalau tidak dicari di koran, ada kepuasan sendiri kalau dicari di koran”. Sambil membuka lembar demi lembar koran pengumuman di tangannya.

Selang beberapa menit menunggu pembeli di lampu merah tello, teman saya, bernama Rudi, memborong semua koran saya dengan harga Rp. 5000.-. “Lasule’na te’ bongi lako kampong ma’baluk koran (saya akan ke kampung “maksudnya toraja” untuk menjual koran)”. “Ah maningo’ningoko kapang (mungkin kamu bercanda ya?)” tanggapku. Setelah surat kabar itu berpindah ke tangannya, dia segera pergi. Bahkan dia berangkat ke kampung dengan mengendarai motor bebek miliknya. Setidaknya, saya pernah mengendarai motor seperti yang dilakukan Rudi malam itu, dibutuhkan waktu sekitar 8-9 jam untuk sampai ke sana.

Masalahnya, perjalanan ke daerah Tongkonan ini tidaklah mudah, apalagi perjalanan malam hari, Jarak daerah asal tedong bonga dari Makassar sekitar 350 km, melalui jalan yang berkelok, tebing, jurang, tanjakan dan penurunan. Belum lagi resiko kecelakaan selama perjalanan. Ketika akan meninggalkan kami, di motornya pria gondrong ini berkata “ini bisnis bos”. Sambil tersenyum dia berangkat ke toraja dengan modal 5 eksemplar koran.

Di Toraja sendiri akses untuk mendapatkan Pengumuman SPMB sangat sulit. Biasanya para peserta SPMB dari Tana Toraja menelpon teman atau keluarganya yang ada di Makassar untuk memperoleh info kelulusannya, sementara pengumuman melalui internet tidak terlalu popular di daerah asal Lakipadada ini, di Makale saja warung internet (warnet) hanya ada satu, itu pun sangat mahal biayanya. Koran SPMB biasanya tiba pada pukul 05.00 WITA, harganya pun sangat mahal, untuk fotocopy koran SPMB saja, harganya antara 15.000-20.000 rupiah, Wajar kalau Rudi sangat semangat untuk berangkat ke Toraja untuk menjual koran pengumuman.

Koran kampus edisi khusus



Pengumuman SPMB adalah edisi yang harus di persiapkan dengan matang, perlakuan buat edisi khusus sangatlah istimewa jika di bandingkan edisi lainnya. Jauh hari sebelum terbit para crew berlomba menawarkan iklan kepada pemerintah maupun swasta, rapat redaksi diadakan beberapa kali demi satu edisi khusus yag hanya memuat barisan no test dan rubric iklan. Perjanjian antara 2 penerbitan kampus terbesar di makassar tentang jam berapa pengumuman akan di lempar ke pasar pun diadakan, demi menghindari konfrontasi.
Edisi khusus merupakan ladang untuk memperoleh uang dan popularitas dengan memanfaatkan iklan dan penjualan. Deretan nomor test peserta kadang dipotong oleh puluhan iklan yang turut menampilkan produknya di koran pengumuman. Koran kampus yang biasanya di bagikan secara gratis, pada edisi khusus dijual dengan harga yang mencapai Rp.3000.-
Seperti yang saya lihat pada salah satu koran kampus kemarin, hampir tak ada halaman yang tidak diisi oleh iklan, produk dari perusahaan, pemerintah. Berita pada edisi khusus hanya telihat di halaman depan saja. Tak ada halaman opini, artikel, surat pembaca, dan berita dari kampus. Tulisan-tulisan kritis telah digantikan oleh ucapan selamat buat yang lulus. Mungkin semua crew sedang sibuk menyusun deretan angka dan barisan, sehingga tak sempat lagi menuliskan opini dan beritanya.

Penawar Kesedihan Calon Mahasiswa PTN

Iklan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan simpati dari orang, penawaran dilakukan sedemikian rupa dan semenarik meungkin agar para calon pembeli universitas ini mau memberikan dananya buat perguran tinggi. Dari 25.000 calon mahasiswa PTN di makassar, hanya 5.945 mahasiswa yang bisa diterima. Berarti hampir 20.000 calon mahasiswa yang harus menjatuhkan pilihan pada PTS maupun program ekstensi.
Banyak cara dilakukan PTS mempengaruhi mahasiswa yang gagal masuk PTN, misalnya saja iming-iming murah dengan fasilitas wah, peluang kerja tamatan PTS, sampai iklan yang menggambarkan mahasiswa cantik tersenyum menggunakan toga.
Bahkan ada PTS yang beriklan dengan janji hadiah langsung seperti flash disk, mp4 player dan berbagai hadiah menarik lainnya. Saya langsung berfikir ketika melihat iklan itu,”apa hubungannya flash disk dan mp4 dengan kualitas pendidikan ”. Ada juga iklan“ MAHASISWA BARU PAKE MOTOR BARU, gratis 3x angsuran buat kamu yang lulus dalam SPMB 2007, cukup dengan menunjukkan bukti kelulusan SPMB 2007”. Saya spontan berkata “So what gitu loh,”

Dilihat dari besarnya jumlah pendaftar PTN, tidak heran kalo bisnis seperti ini mampu menarik banyak intelektual muda untuk mejadi loper dadakan, PTS yang beriklan , pemerintah yang memberikan ucapan selamat dan surat kabar kampus yang menyortir semua berita dan tulisan-tulisan.

Labels:

Posted by muhammad mubarak aziz malinggi' at 3.8.07

02 August 2007

ALUK TODOLO

Aluk todolo adalah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat toraja pada zaman dahulu sebelum agama samawi masuk ke toraja, secara bahasa artinya (aluk=aturan, todolo= nenek moyang). Aluk todolo menurut penganutnya diturunkan oleh Puang Matua yang mulanya diturunkan kepada leluhur pertama Datu’ La Ukku’ yang kemudian menurunkan ajaran kepada anak cucunya. Oleh karena itu menurut Aluk Todolo, manusia harus menyembah, memuliakan Puang Matua yang diwujudkan dalam berbagai bentuk dan sikap hidup serta ungkapan ritual.

Pada hakikatnya kepercayaan Aluk Todolo berintikan 2 hal yaitu pandangan terhadap alam dan kesetiaan pada leluhur. Masing-masing mamiliki fungsi dan tugas masing-masing dalam menjaga keharmonisan dunia. Jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan, sebutlah misalnya Rambu Solo’, maka bencana pun tak dapat dihindarkan. Rambu solo’ adalah salah satu bentuk ritual yang kental dengan Aluk Todolo. Rambu Solo’ pada dasarnya adalah ritual yang digelar keluarga untuk menghormati arwah leluhur yang telah meninggal. Ritual ini di gelar semewah mungkin agar arwah leluhur dapat diterima di puyo(surga). Kerbau dan babi pun dikorbankan sebanyak mungkin agar perjalanan sang arwah ke surga tidak terhambat. Aluk Todolo mempercayai bahwa jiwa yang mati mengendarai jiwa kerbau dan babi yang dikorbankan. Makanya hewan yang terbaik sebagai kendaraan menuju Puyo adalah Tedong Bonga sebab kerbau ini dianggap kuat untuk melintasi gunung dan lembah menuju surga.

Menurut kepercayaan Aluk Todolo, seseorang yang telah meninggal pada akhirnya akan menuju suatu tempat yang disebut Puyo (surga). Puyo adalah tempat yang kekal bagi arwah dan terletak di bagian selatan tempat tinggal manusia. Tidak semua arwah itu dengan sendirinya masuk ke puyo. Untuk mencapai puyo perlu di dahului dengan ritual penguburan sesuai dengan status sosial selama hidupnya, apabila arwah tidak di upacarakan secara sempurna menurut kepercayaan alukta’ maka yang bersiap-siaplah menjadi arwah yang tersesat. Selama arwah belum diupacarakan, arwah akan berwujud setengah dewa dan dianggap tidak sempurna dalam istilah toraja disebut sebagai Tomebali Puang. Sambil menunggu persembahan untuknya, sang arwah senantiasa memperhatikan keluarganya. "Agar jiwa orang yang ’bepergian’ itu tidak tersesat, tetapi sampai ke tujuan, upacara yang dilakukan harus sesuai Aluk dan mengingat Pamali. Ini yang disebut Sangka’ atau darma, yakni mengikuti aturan yang sebenarnya. Kalau ada yang salah atau biasa dikatakan Salah Aluk (Tomma’ Liong-Liong), jiwa orang yang ’bepergian’ itu akan tersendat menuju puyo (surga)," kata Tato’ Denna’, salah satu tokoh adat setempat, yang dalam stratifikasi penganut kepercayaan Aluk Todolo mendapat sebutan Ne’ Sando. Oleh karena itu, ritual kematian yang dilakukan haruslah mengikuti Aluk yang berhubungan dengan kematian dan prosesnya wajib mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku pada upacara Rambu Solo’. Makanya, sebelum pesta dilakukan haruslah mengumpulkan sanak famili untuk membicarakan kapan dan dimana pelaksanaan upacara serta berapa ratus ekor kerbau dan babi yang harus jadi korban. Pelaksanaannya harus mengikuti prosedur standar upacara Rambu Solo’ agar sang arwah dapat bersenang-senang di Puyo. Apabila ada bagian yang dilanggar maka tersesatlah sang arwah. Kebahagian arwah di Puyo juga ditentukan oleh kualitas upacara kematian yang digelar oleh keluarga. Makin sempurna suatu upacara maka semakin bahagialah arwah di Puyo, begitupun sebaliknya.

Menurut pastor Stanislaus, gereja bisa menangkap dasar dari semua itu, ada kemungkinan iman kristiani di kalangan pemeluk katolik di tana toraja akan lebih tertanam apabila adat toraja dan iman kristiani bias saling mengisi. Sebagai orang toraja pastor Stanislaus menyatakan, upacara kematian dimaksudkan sebagai ungkapan kerinduan, ungkapan kasih sayang terhadap leluhur yang telah meninggal. Lebih dari itu, bagi orang toraja ada kesadaran yang muncul lewat upacara Rambu Solo’, yakni bahwa dunia ini tidak habis setelah kita meninggal dunia.

Melihat kenyataan yang ada, nampaknya tradisi yang diwariskan ajaran Aluk Todolo,khususnya dalam ritus-ritus Rambu Solo’ masih akan bertahan sampai kapan pun! Sebab bagi masyarakat toraja berbicara mengenai pemakaman bukan hanya berbicara upacara, status, jumlah kerbau yang dipotong tetapi juga soal malu (siri’). Dulunya pesta meriah hanya boleh diadakan oleh kaum bangsawan. Akan tetapi, sekarang mulai bergeser. Siapa yang kaya maka itulah yang pestanya meriah Saya cuma heran ketika rambu solo’ sampai saat ini masih dipertahankan sebagai simbol penghormatan terhadap leluhur orang toraja. Padahal nilai yang terdapat dalam ritual sekarang ini telah jauh dan di bumbui oleh ajaran agama tanpa memandang keberadaan Aluk Todolo sebagai pemegang otoritas dari Rambu Solo’.

Tradisi Rambu Solo’ yang murni ajaran aluk todolo telah mengalami perubahan nilai yang sebenarnya yaitu penghormatan terhadap nenek moyang sedangkan kini menjadi ajang perlombaan untuk meningkatkan status dan gengsi di masyarakat. Hal inilah yang akan menancapkan kukunya dengan erat di dalam ritual Rambu Solo’.

Saya tidak takut semua ini akan hilang, yang saya takuti justru kalau orang melakukan ritus rambu solo sekadar untuk show. Kalau itu yang terus terjadi maka kerugian yang di dapat. Kalau begitu kenapa orang harus rela menghamburkan uang bahkan meminjam jika tidak mempunyai uang hanya untuk melakukan ritual Rambu Solo’ ?? >>lakipadada: dari berbagai sumber

Labels:

Posted by muhammad mubarak aziz malinggi' at 2.8.07

01 August 2007

2 hari bersama sandeq

Terdengar tawa yang sangat renyah dari seluruh peserta diskusi yang diadakan di kafe baca biblioholic. Foto pertama yang diperlihatkan Horst langsung memancing tawa pengunjung ruang baca itu melihat slide jamuran milik horts yang menampilkan nelayan mandar mengenakan kostum kesebelasan Jerman di atas perahu. Foto-foto yang diperlihatkan Horst Liebner memang kelihatannya lucu, namun menurut Horts yang mungkin tersinggung dengan tawa para peserta, nelayan yang kalian tertawai adalah orang yang cerdas, tangguh dan berani dalam berlayar.
“Mereka mungkin tidak sekolah, mereka bukan ahli perkapalan, tapi mereka lebih baik dibandingkan professor perkapalan yang ada di Indonesia” tuturnya dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata. “apabila mereka dibawa ke Jerman, mereka pasti bisa menjadi guru di Universitas, tapi apabila ahli pelayaran universitas anda yang dibawa ke sana, beruntunglah kalau ahli itu menjadi tukang sapu geladak kapal” tambah Horst yang membuat semua peserta yang berasal dari mahasiswa Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin terdiam.

Nelayan Mandar dan Sepak Bola

Foto berikutnya terlihat sekelompok nelayan yang mengenakankan kostum bola yang sedang mengepulkan asap rokok di atas perahu. Mereka berlayar seperti bermain bola di tengah lautan, lawan mereka adalah ombak dan badai, tujuan mereka memenangkan pertandingan itu dengan membawa ikan yang melimpah. Dalam menangkap ikan di laut lepas dibutuhkan kerjasama tim yang kuat dan formasi yang cerdas di kapal agar serangan dapat berjalan baik.
Nakhkoda bak kapten yang mengatur serangan memerintahkan para awak untuk menarik tali layar, mengembangkan layar, mengatur arah serangan, pengemudi kapal bagaikan penjaga gawang yang menjaga kapal tetap stabil dan aman dari serangan lawan, sebagian awak bak striker yang terus membongkar pertahanan lawan dengan cara berusaha menebar jala dengan cermat, sebagian awak lagi bak pemain belakang bertugas mengawasi kondisi kapal.
Selama berhari-hari di laut lepas mereka berusaha agar irama permainan tetap stabil dan menghasilkan gol buat para penonton yang tidak pernah menghargai usaha mereka. Para pemasok ikan ini selalu dianggap rendah dan tidak diperhatikan. Ikan yang terbaik dijual dan itulah yang menghiasi restoran dan meja makan dirumah kalian, sedangkan ikan yang paling buruk untuk makan keluarga mereka.
Ketika mereka kembali dari pertandingan yang sangat berat melawan ganasnya lautan dan kurangnya ikan di lautan, para nelayan pun mengibarkan bendera besar di kapal sebagai simbol kemenangan mereka. “Mereka mengibarkan bendera besar di kapal mereka apabila hasil tangkapan melimpah, dan tidak mengibarkan bendera apabila hasil tangkapan kurang”tutur pria gondrong ini. Mendekati pantai para nelayan ini membagi hasil tangkapan mereka berdasarkan posisi mereka dilapangan. 1/3 dari hasil menjadi bagian pemilik kapal, 1/3nya lagi menjadi bagian dari pemilik mesin, dan sisanya menjadi bagian dari beberapa awak kapal. Dan seluruh proses pembagian ini diawasi oleh nahkoda kapal nelayan.

Setibanya di pantai mereka di sambut oleh senyum para keluarga dan riang anak-anak bagaikan supporter yang menantikan pemain idola mereka. Anak-anak pun tak mau ketinggalan dalam perhelatan akbar ini, para anak bertugas membersihkan kapal dengan upah beberapa ekor ikan yang sengaja ditinggalkan oleh nelayan di kapal. Para ibu dan remaja putri bertugas menyiapkan makanan dan mencuci kostum kebanggaan mereka agar tidak cepat rusak oleh air laut.

Ikatan sosial para tim nelayan ini membuat saya kagum pada perjuangan mereka di laut lepas. Mereka tidak hanya menjadi tim yang tangguh di laut, tetapi juga dalam permainan sepak bola dikampung. Para nelayan ini melepaskan penat dengan bermain bola pada sore hari melawan tim yang berasal dari kapal lain. Anak-anak berenang dan bermain lopi-lopi buatan ayah di laut. Kekaguman saya pada para nelayan ini bertambah karena masih terlihat keceriaan di antara jepitan kebutuhan ekonomi keluarganya dan ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib mereka.

Lopi Sandeq
Salah satu warisan kebudayaan bahari Mandar adalah Lopi sandeq. Bentuknya yang mungil dengan layar yang besar menjadikan perahu ini lincah dan tercepat di samudera. Kecepatan sandeq mencapai sekitar 15-20 knot (30-40 km/h). Sebagai tipe perahu bercadik, sandeq merupakan salah satu puncak dari evolusi pembuatan perahu asli di nusantara. Jenis perahu yang kita kenali sebagai perahu tradisional terkemuka ini mulai muncul pada tahun 1930.
Perahu Sandeq menurut para pelaut dan pembuat perahu di Pambusuang, kelebihan dan keunikan Sandeq terletak pada bentuknya yang ramping serta cadiknya yang melebar ke samping. Dulunya Sandeq rata-rata berukuran panjang 8 meter dan lebar 70 sentimeter. Tapi, sekarang ukurannya berubah menjadi panjang 11 meter dan lebar 60 sentimeter. Dengan lebar perahu sekecil itu nelayan mandar mengarungi samudra selama berhari-hari. “Sandeq tidak memiliki atap, tidak memiliki tempat untuk berteduh dari panas dan hujan, tidak ada kamar mandi, tidak ada pegangan kecuali tali-temali penyangga layar dan dengan kondisi seperti para nelayan bertarung dengan ganasnya laut lepas di atas dunia yang lebarnya 70 cm ” kata Peneliti yang lebih dari dua dekade meneliti kebudayaan bahari ini. Berlayar di laut lepas dengan menggunakan sandeq merupakan suatu hal yang luar biasa di mata Horst Liebner.
Tipe perahu bercadik seperti sandeq merupakan jenis perahu asli nusantara bahkan di seluruh kawasan samudra pasifik dan jika dilihat dari teknik perkapalan sandeq merupakan hal yang sangat canggih dan malah menjadi teladan untuk beberapa tipe perahu barat yang modern. Sandeq adalah perahu bercadik yang sangat unik di antara perahu yang ada di daerah pesisir Sulawesi. “Sandeq itu ibarat seorang wanita yang memiliki inner beauty, aura dari sandeq lebih terpancar dibanding perahu layar lain” tutur Ridwan Alimuddin. Menurut penulis buku Orang Mandar Orang Laut ini, sandeq berarti runcing.
Ciri khas dari sandeq adalah bentuk haluan perahu yang tajam, ciri khas lain sandeq yaitu warna putih, karena menurut para passandeq warna putih melambangkan kesucian dan keihklasan; Lopi sandeq terdiri dari, tambera di alona (laberang haluan), tambera di buiqna (laberang di buritan), baratang (cadik), palatto (katir), peloang (bom layar bawah), bau (bom layar atas) dsb. Oleh nelayan, perahu ini kerap digunakan sebagai alat transportasi antarpulau, mencari ikan, atau motangnga (berburu telur ikan terbang).
Kejayaan sandeq untuk menangkap ikan telah hilang digantikan oleh perahu motor yang lebih modern. Dalam 10 tahun terakhir nelayan yang menggunakan sandeq untuk mencari ikan dapat dihitung jari, motorisasi perahu nelayan ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain keadaan alam, habisnya ikan (over fishing) di laut dangkal, dan efektivitas penggunaan mesin. Namun pada saat indonesia mengalami krisis moneter yang ditandai dengan kenaikan harga BBM, banyak pelaut mandar yang beralih ke perahu layar untuk menangkap ikan. Sandeq yang menggunakan motor masih menggunakan layar sebagai tenaga penggerak utama, mesin hanya digunakan ketika kondisi laut tidak memungkinkan untuk menggunakan layar istilahnya malino(tidak ada angin)

Sandeq Race 2007

Seperti tahun sebelumnya even sandeq race kembali digelar bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia, jika pada tahun lalu peserta sandeq race 48 perahu, tahun ini jumlah perahu yang ikut sebanyak 54 perahu, 14 diantaranya perahu baru. Even sandeq race tahun ini menempuh jarak sekitar 300 mil laut degan rata-rata 30-40 mil laut per etape. Pada Sandeq Race 2007, ada sepuluh kesempatan untuk merasakan keanggunan sandeq: enam lomba etape (jarak jauh), tiga lomba segitiga, dan satu lomba persahabatan di Makassar . Lomba etape atau lomba jarak jauh adalah lomba dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, yaitu Mamuju-Malunda (17/08), Malunda-Majene (18/08), Majene-Polewali (20/08), Polewali-Parepare (22/08), Parepare-Barru (24/08), danBarru-Makassar(25/08). Dengan waktu tempuh per etape sekitar 6-7 jam. (sumber: tulisan ridwan alimuddin)
Namun beberapa kapal tidak dapat mengikuti lomba ini arena kurangnya orang yang ahli melayarkan sandeq. Rendahnya minat generasi muda untuk mempelajari cara melayarkan sandeq bisa dilihat dalam even Sandeq Race. Pada Sandeq Race 2006 hampir seluruh pesertanya adalah orang tua. Dominasi orang tua di Sandeq Race memang bukan kesalahan para orang tua yang tidak mau mengajari generasi dibawahya menjadi pelaut yang tangguh, mungkin saja anak muda yang merasa tidak perlu lagi atau merasa gengsi belajar jadi nelayan atau pelaut.
Sandeq Race yang bertujuan untuk memberikan ruang ke pada para Passandeq untuk bisa tampil dimasyarakat dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Selain itu Sandeq Race juga bertujuan agar regenerasi Passandeq dapat berjalan secara dinamis dikalangan nelayan mandar.
Salah seorang kepala desa di kab. majene mengatakan “Seandainya tak ada Sandeq Race, maka semua sandeq disini sudah lama dijadikan kayu bakar”. Akan tetapi dengan adanya Even Sandeq Race para nelayan masih mempertahankan Lopi Sandeqnya, dan pada tahun-tahun berikutnya, banyak sandeq baru yang bemunculan.(sumber sandec race 2006: race report)

Layar Sandeq Race Sebagai Media Iklan dan Kampanye


Momen sandec race tidak dilewatkan pengusaha untuk memasarkan produk dan pejabat untuk mengkampanyekan dirinya agar menang di pemilihan nanti. Mereka membantu para peserta dengan mendanai pembuatan sandeq, asalkan nama dan produk mereka tertulis di layar sandeq.
Bukankah salah satu ciri dari sandeq yang sangat berbeda dengan perahu yang lain adalah warna putih dan sangat bersih. Selain karena alasan filosofis, warna putih adalah warna yang sangat kuat memantulkan cahaya dibandingkan dengan warna lainnya, bagian yang tidak berwarna putih pada sandeq adalah palatto yang berwarna hitam. Istri dari ridwan alimuddin mengatakan kalau perahu sandeq itu bisa “dijilati” saking bersihnya.
Namun ketika melihat foto-foto kapal yang mengikuti sandeq race ternyata hal itu tidak dijumpai dikapal sandeq. Yang ada adalah coretan-coretan iklan kampanye dan iklan dari berbagai produk yang mengotori kesucian sandeq. Hal ini telah membuktikan kalau pemerintah dan pengusaha kita memang hanya menebar pesona di acara sandeq race? Pemerintah dan pengusaha kita tidak pernah ikhlas untuk membantu para passandeq, mereka baru membantu apabila ada keuntungan yang diperoleh misalnya pamor, pesona pejabat lebih meningkat serta meningkatnya hasil penjualan suatu produk. Atau mungkin pemeritah kita membantu para passandeq agar masyarakat mengatakan “tawwa kapalnya pak calon gubernur”, .

Pernahkah terlintas dibenak para pejabat yang “numpang beken” di layar sandeq tentang susahnya menaklukan lautan, misalnya saja kecelakaan laut, hujan, terik matahari, belum lagi kalau nelayan sakit diperjalanan. Para nelayan dengan rela meninggalkan pekerjaan dan keluarga mereka selama berhari-hari untuk mengikuti even ini dengan tujuan mereka bisa tampil dimasyarakat.
Sementara mereka yang duduk diruang berAC dengan bangganya mengatakan “itu sandeq yang saya buat”. Hadiah, fasilitas dan apresiasi yang diberikan oleh pemerintah sangat minim dan tidak sebanding dengan perjuangan yang telah mereka lakukan selama ini. Adakah pejabat yang pernah bertanya bagaimana sulitnya nelayan mendapatkan ikan ketika mereka menikmati hidangan ikan di restoran mewah?
Setelah sandec race berlangsung apakah para pejabat masih akan setia menemani perjuangan para nelayan di laut lepas? Saya rasa mereka tidak membutuhkan nama pejabat di kapal mereka, yang mereka inginkan hanya satu, mereka ingin diperhatikan oleh pemerintah.
Pertanyaannya kemudian, apakah sandec race yang diadakan selama ini mampu untuk menguatkan posisi para nelayan di mata pemerintah. Tingginya apresiasi pemerintah terhadap masyarakat passandeq, hanya terjadi ketika mereka sedang melakukan kempenye pemilihan, apabila ajang pemilihan sudah selesai apakah pemerintah masih akan mendatangi layar-layar sandeq yang tak lagi berkibar itu. Dengan demikian Posisi tawar passandeq ini dengan sendirinya akan menurun.

Setelah 2 jam lebih Horst Liebner membagi pengalaman dengan foto-foto sandeq tua yang mulai berjamur, ada hal yang sangat tertanam di dalam benak saya sebagai mahasiswa Universitas Hasanuddin yang memiliki PIP Budaya bahari, ternyata kita adalah bangsa maritim yang tidak sadar, tidak mau belajar dan tidak menghargai kehebatan para nelayan kita. Horst menutup diskusi kami dengan menantang peserta untuk ikut menjadi relawan kapal sandeq milik temannya yang akan mengikuti sandeq race 2007, dan tak ada satu pun peserta diskusi yang di dominasi akademisi dari perikanan dan kelautan yang mengajukan diri. Mungkin mereka takut ataukah memang tidak mampu. Hal itu semakin membuktikan kalau para nelayan adalah orang yang hebat dibandingkan para akademisi kelautan dan perikanan yang tiap hari berada di ruang kuliah.


Diskusi “Sandeq Mengarungi Jagad Maritim” yang berlangsung di café ininnawa dari tanggal 30-31 juli 2007 ini adalah rangkaian sosialisasi sandec race 2007 yang akan berlangsung tanggal 12-26 agustus 2007 dan menghadirkan 2 penulis dan peneliti kemaritiman khususnya sandeq: Horts Liebner dan Ridwan Alimuddin, telah meninggalkan bekas bagi para peserta, dan Sudah saatnya kita belajar dari para nelayan yang tidak pernah mengecap pendidikan formal itu, dan mengapresiasi mereka dengan sebesar-besarnya, karena telah membuat nafsu makan orang kota semakin besar ketika melihat hasil jerih payahnya dihidangkan dalam kenikmatan aneka ragam masakan, yang tidak pernah nelayan rasakan. Pernahkah kita bertanya pada diri kita bahwa untuk mendapatkan seekor ikan pun, para nelayan membutuhkan waktu berhari-hari, modal yang besar dan tenaga yang tidak sedikit, sementara dengan sombongnya kita meghamburkan hasil dari nelayan.

Labels:

Posted by muhammad mubarak aziz malinggi' at 1.8.07